SM Entertainment, salah satu agensi hiburan terkemuka di Korea Selatan, telah memiliki pengaruh yang signifikan pada industri musik K-pop selama beberapa dekade. Didirikan oleh Lee Soo-man pada tahun 1995, perusahaan ini telah menjadi pionir dalam pengembangan dan promosi bakat musik, menghasilkan beberapa artis dan grup paling ikonik di dunia K-pop. Dari BoA dan TVXQ hingga Girls' Generation dan EXO, SM Entertainment terus memimpin dalam inovasi dan tren industri.
Artikel ini akan menelusuri perjalanan transformasi SM Entertainment, mulai dari awal mulanya hingga posisinya saat ini sebagai pemain global. Kita akan melihat era-era kunci dalam sejarah perusahaan, termasuk debut grup generasi pertama, dominasi Hallyu Wave, dan upaya globalisasi K-pop. Selain itu, kita akan membahas inovasi teknologi, diversifikasi bisnis, serta tantangan dan kontroversi yang dihadapi SM Entertainment. Akhirnya, kita akan melihat visi Lee Soo-man untuk masa depan perusahaan dan industri K-pop secara keseluruhan.
Awal Mula SM Entertainment
Latar belakang Lee Soo-man
Lee Soo-man, pendiri SM Entertainment, memulai karirnya di industri hiburan jauh sebelum mendirikan perusahaan tersebut. Lahir pada 18 Juni 1952 di Seoul, Korea Selatan, Lee memulai perjalanannya sebagai penyanyi kafe pada tahun 1971. Ia memulai debutnya pada tahun 1972 sebagai bagian dari duo folk April & May, namun meninggalkan grup tersebut setelah tiga bulan karena masalah kesehatan. Pada tahun 1980, Lee membentuk band rock bernama Lee Soo-man & 365 Days, menunjukkan minatnya yang berkelanjutan dalam industri musik.
Meskipun awalnya sukses sebagai penyanyi rock dan folk di Korea Selatan pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, karir musik Lee terhenti akibat sensor pemerintah. Hal ini mendorong Lee untuk mengubah arah karirnya. Ia memutuskan untuk mengejar pendidikan di bidang teknik komputer dengan mengambil program master di California State University, Amerika Serikat.
Pendirian SM Studio tahun 1989
Pengalaman Lee di Amerika Serikat memiliki pengaruh yang signifikan pada visinya untuk industri hiburan. Ia menyaksikan langsung munculnya fenomena budaya baru: MTV dan Michael Jackson. Inspirasi ini mendorongnya untuk kembali ke Korea pada tahun 1985 dengan tujuan mendirikan perusahaan hiburan.
Pada tanggal 14 Februari 1989, Lee Soo-man akhirnya mendirikan SM Studio di Apgujeong-dong, Gangnam, Seoul. Perusahaan ini menjadi cikal bakal dari apa yang kemudian dikenal sebagai SM Entertainment. Pendirian SM Studio menandai awal dari perjalanan Lee dalam membentuk industri K-pop modern.
Transformasi menjadi SM Entertainment
SM Studio mengalami transformasi signifikan menjadi SM Entertainment pada tahun 1995. Perusahaan ini mengubah namanya dan menyiapkan dana modal dengan Jung Hae-ik sebagai CEO. Transformasi ini menandai awal dari era baru dalam industri hiburan Korea Selatan.
SM Entertainment mengembangkan sistem produksi 'in-house' yang inovatif. Sistem ini memperhatikan segala aspek karier artis, mulai dari promosi, penciptaan, hingga produksi musik. Pendekatan ini memungkinkan SM untuk memaksimalkan potensi artis mereka dan menghasilkan keuntungan maksimal.
Hasil dari sistem ini segera terlihat dengan debut serangkaian artis sukses. Grup penyanyi laki-laki H.O.T. debut pada tahun 1996, diikuti oleh grup penyanyi perempuan S.E.S. pada tahun 1997. Shinhwa menyusul pada tahun 1998, dan duo R&B Fly to the Sky debut pada tahun 1999. Kesuksesan ini menegaskan posisi SM Entertainment sebagai salah satu pemain utama dalam industri hiburan Korea Selatan.
Era Pertama: Debut Grup Generasi Pertama
H.O.T dan S.E.S
SM Entertainment memulai era pertama dengan debut grup generasi pertama yang menjadi tonggak penting dalam industri K-pop. Pada tahun 1996, SM Entertainment mendebutkan H.O.T (High-five of Teenagers), yang dianggap sebagai grup idola K-pop pertama. H.O.T beranggotakan Moon Hee Jun, Tony Ahn, Jang Woo Hyuk, Lee Jae Won, dan Kangta. Grup ini meraih kesuksesan besar dan menjadi sangat populer pada masanya. H.O.T menjual lebih dari 6,4 juta rekaman di Korea Selatan selama karir mereka.
Setahun kemudian, pada 1997, SM Entertainment mendebutkan grup wanita pertama mereka, S.E.S (Sea, Eugene, Shoo). S.E.S sering disebut sebagai versi perempuan dari H.O.T dan aktif berkarir dari tahun 1997 hingga 2002. Kedua grup ini menciptakan budaya penggemar yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti memiliki warna penggemar resmi dan nama klub penggemar, yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Shinhwa dan BoA
Setelah kesuksesan H.O.T dan S.E.S, SM Entertainment melanjutkan dengan mendebutkan Shinhwa pada tahun 1998. Meskipun awalnya mengalami kesulitan, Shinhwa akhirnya mencapai kesuksesan melalui album kedua mereka setahun kemudian. Shinhwa memiliki enam anggota: Eric Mun, Lee Min Woo, Kim Dong Wan, Shin Hye Sung, Jun Jin, dan Andy Lee.
Pada tahun 2000, SM Entertainment memperkenalkan BoA, yang kemudian menjadi salah satu artis solo paling sukses dari agensi tersebut. BoA memiliki karir yang luar biasa, termasuk menjadi penyanyi Asia non-Jepang pertama yang albumnya terjual lebih dari satu juta keping di Jepang.
Ekspansi ke pasar internasional
SM Entertainment mulai memperluas jangkauannya ke pasar internasional selama era pertama ini. H.O.T menjadi sangat populer di kalangan remaja Cina, dan dilaporkan telah menjual sekitar 400.000 kopi album mereka di negara tersebut pada Januari 2000. Kesuksesan ini menginspirasi SM Entertainment dan perusahaan hiburan Korea Selatan lainnya untuk mempromosikan artis mereka di Cina.
Pada 1 Februari 2000, H.O.T tampil di depan 13.000 penggemar di Beijing dalam konser pertama mereka di Cina. Kesuksesan ini menjadi awal dari ekspansi SM Entertainment ke pasar internasional. BoA juga memiliki peran penting dalam ekspansi ini, dengan kesuksesan besarnya di Jepang.
Era pertama ini menandai awal dari dominasi SM Entertainment dalam industri K-pop dan meletakkan dasar untuk fenomena Hallyu atau Gelombang Korea yang akan berkembang dalam tahun-tahun berikutnya. Meskipun beberapa grup seperti H.O.T dan S.E.S akhirnya bubar, warisan mereka tetap bertahan dan membentuk landasan untuk generasi artis SM Entertainment berikutnya.
Era Kedua: Dominasi Hallyu Wave
TVXQ dan Super Junior
SM Entertainment terus mengukuhkan dominasinya dalam industri K-pop dengan debut grup-grup ikonik seperti TVXQ dan Super Junior. TVXQ, singkatan dari Tong Vfang Xien Qi, adalah grup duo yang terdiri dari U-Know Yunho dan Max Changmin. Mereka dikenal sebagai Tohoshinki di Jepang dan telah mencapai kesuksesan luar biasa dengan melakukan lebih dari 30 konser di Tokyo Dome, salah satu venue paling bergengsi bagi artis Korea.
Super Junior, boyband generasi kedua SM Entertainment, debut pada tahun 2005. Awalnya beranggotakan 15 orang, termasuk sub-unit Super Junior M, namun jumlah anggotanya berkurang seiring waktu. Nama Super Junior mulai mendunia setelah merilis lagu "Sorry Sorry" pada tahun 2009, yang menjadi hit besar di seluruh Asia.
Girls' Generation dan SHINee
Girls' Generation (SNSD) resmi debut pada 5 Agustus 2007 dengan lagu "Into the New World". Grup ini awalnya beranggotakan sembilan orang, namun mengalami beberapa perubahan komposisi anggota sepanjang karirnya. Girls' Generation menjadi salah satu girl group paling sukses dalam sejarah K-pop, dengan berbagai hit yang mendominasi tangga lagu di Korea Selatan dan Asia.
SHINee, boy grup SM Entertainment yang debut pada 2008, terdiri dari lima anggota: Onew, Jonghyun, Key, Minho, dan Taemin. Grup ini dikenal dengan gaya musik dan fashion yang unik, serta kemampuan vokal dan tarian yang luar biasa. SHINee menjadi salah satu grup paling berpengaruh dalam Hallyu Wave, dengan lagu-lagu hit seperti "Ring Ding Dong" dan "Lucifer" yang meraih popularitas di seluruh Asia.
Kesuksesan di pasar Asia
Selama era kedua ini, SM Entertainment berhasil memperluas jangkauannya ke pasar Asia secara signifikan. TVXQ dan Super Junior menjadi pionir dalam ekspansi ini, dengan konser-konser yang sukses di berbagai negara Asia. Girls' Generation dan SHINee juga berkontribusi besar dalam mempopulerkan K-pop di luar Korea Selatan.
SM Entertainment juga mulai mengadopsi strategi "Culture Technology" untuk mengoptimalkan produksi dan promosi artis mereka di pasar internasional. Strategi ini melibatkan pengembangan sistem produksi in-house yang komprehensif, mulai dari pelatihan trainee hingga manajemen karir artis jangka panjang.
Kesuksesan SM Entertainment dalam era Hallyu Wave ini tidak hanya terbatas pada musik, tetapi juga merambah ke industri hiburan lainnya seperti drama Korea dan variety show. Banyak artis SM Entertainment yang sukses beralih ke dunia akting, semakin memperkuat posisi mereka dalam industri hiburan Korea Selatan dan Asia secara keseluruhan.
Era Ketiga: Globalisasi K-Pop
EXO dan f(x)
Pada era ketiga, SM Entertainment semakin memperluas jangkauan globalnya dengan debut grup-grup baru yang memiliki daya tarik internasional. EXO, yang debut pada tahun 2012, menjadi salah satu boyband paling sukses dari SM Entertainment. Grup ini memiliki konsep unik dengan dua sub-unit, EXO-K dan EXO-M, yang menyanyikan lagu dalam bahasa Korea dan Mandarin. Strategi ini memungkinkan EXO untuk meraih popularitas besar di Korea Selatan dan Cina sekaligus.
f(x), girl group yang debut pada tahun 2009, juga memiliki peran penting dalam globalisasi K-pop. Grup ini dikenal dengan gaya musik elektropop yang unik dan komposisi anggota multinasional. f(x) menjadi grup K-pop pertama yang tampil di festival musik SXSW di Austin, Texas pada tahun 2013, menandai langkah penting dalam ekspansi SM Entertainment ke pasar Amerika Serikat.
Red Velvet dan NCT
Red Velvet, yang debut pada tahun 2014, menjadi salah satu girl group paling sukses dari SM Entertainment. Grup ini berhasil meraih popularitas di Korea Selatan dan juga mendapatkan pengakuan internasional. Red Velvet menjadi grup K-pop kelima yang paling banyak distreaming di Spotify secara global pada Februari 2020.
NCT (Neo Culture Technology) merupakan inovasi terbaru SM Entertainment dalam strategi globalisasi K-pop. Konsep NCT memungkinkan pembentukan sub-unit di berbagai kota di seluruh dunia. NCT 127, yang berbasis di Seoul, telah melakukan promosi intensif di Amerika Serikat, sementara WayV difokuskan untuk pasar Tiongkok daratan.
Strategi ekspansi global
SM Entertainment terus mengembangkan strategi ekspansi globalnya melalui berbagai cara. Perusahaan ini menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan lokal di berbagai negara. Di Indonesia, misalnya, SM Entertainment bermitra dengan Trans Media untuk membentuk usaha patungan, yang memungkinkan ekspansi lebih lanjut ke pasar Asia Tenggara.
Perusahaan ini juga memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk memperluas jangkauan globalnya. SM Entertainment mengembangkan platform penggemar global dan berencana berinvestasi sebesar 200 miliar won Korea Selatan untuk tujuan ini. Selain itu, perusahaan ini juga berencana untuk mengakuisisi perusahaan musik di Amerika Serikat dengan investasi sekitar 200 miliar won Korea Selatan untuk mempercepat ekspansi globalnya.
Dengan strategi-strategi ini, SM Entertainment terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri K-pop global. Perusahaan ini tidak hanya fokus pada pengembangan bakat lokal, tetapi juga aktif mencari peluang untuk memperluas pengaruhnya di pasar internasional, terutama di Amerika Serikat dan Asia Tenggara.
Inovasi Teknologi dan Konten
SM Entertainment terus berada di garis depan dalam mengadopsi teknologi terbaru untuk meningkatkan pengalaman penggemar dan memperluas jangkauan global mereka. Perusahaan ini telah menerapkan berbagai inovasi teknologi yang mengubah cara artis berinteraksi dengan penggemar dan menciptakan konten.
SM Station dan ScreaM Records
Salah satu inovasi SM Entertainment adalah SM Station, sebuah proyek musik digital yang diluncurkan pada tahun 2016. Melalui proyek ini, SM Entertainment merilis single digital setiap bulan, memungkinkan artis mereka untuk bereksperimen dengan berbagai genre musik dan berkolaborasi dengan musisi lain. Proyek ini telah menjadi platform yang sukses untuk menghasilkan konten musik yang beragam dan inovatif.
Selain itu, SM Entertainment juga mendirikan ScreaM Records, sebuah label EDM yang bertujuan untuk memperluas jangkauan musik mereka. Label ini berfokus pada kolaborasi dengan DJ dan produser EDM global, menciptakan musik yang menggabungkan elemen K-pop dengan musik elektronik. ScreaM Records telah melahirkan proyek iScreaM, yang merilis lagu remix setiap bulannya, memberikan sentuhan baru pada lagu-lagu populer dari artis SM Entertainment.
Beyond LIVE dan metaverse
Pandemi COVID-19 mendorong SM Entertainment untuk mengembangkan platform konser virtual yang disebut Beyond LIVE. Platform ini menggabungkan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk menciptakan pengalaman konser yang imersif bagi penggemar di seluruh dunia. Beyond LIVE telah menjadi cara baru bagi artis untuk tetap terhubung dengan penggemar mereka selama masa-masa sulit.
SM Entertainment juga telah memasuki dunia metaverse dengan memperkenalkan konsep SM Culture Universe (SMCU). SMCU adalah sebuah dunia virtual yang menghubungkan berbagai artis SM Entertainment dalam satu narasi yang saling terkait. Salah satu contoh implementasi metaverse yang paling menonjol adalah grup Aespa, yang memiliki avatar virtual atau "ae" untuk setiap anggotanya. Konsep ini memungkinkan interaksi antara anggota nyata dan avatar virtual mereka, menciptakan pengalaman unik bagi penggemar.
Pengembangan AI dan teknologi hologram
SM Entertainment terus mendorong batas-batas teknologi dengan mengembangkan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi hologram. Perusahaan ini telah bermitra dengan LG Uplus untuk mengembangkan konten berbasis AI untuk artis virtual pertama mereka, Naevis. Kolaborasi ini memanfaatkan platform AI generatif ixi-GEN untuk menciptakan berbagai konten, termasuk video musik, video pendek, dan merchandise.
Teknologi AI juga digunakan untuk menciptakan grup idola virtual seperti Eternity, yang terdiri dari 11 anggota virtual yang dibuat menggunakan AI canggih. Grup-grup virtual ini memiliki keunggulan tersendiri, seperti kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lebih bebas dan membahas isu-isu sosial tanpa khawatir terhadap kritik yang berlebihan.
Dengan berbagai inovasi teknologi ini, SM Entertainment terus membuktikan diri sebagai pemimpin dalam industri hiburan Korea Selatan. Perusahaan ini tidak hanya mengadopsi teknologi baru, tetapi juga aktif mengembangkan solusi inovatif yang membentuk masa depan industri K-pop dan hiburan global.
Diversifikasi Bisnis
SM Entertainment telah melakukan diversifikasi bisnis yang signifikan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan pendapatannya. Perusahaan ini tidak hanya fokus pada industri musik, tetapi juga merambah ke berbagai sektor lain.
SM C&C dan produksi konten
Salah satu langkah diversifikasi utama SM Entertainment adalah pembentukan SM Culture & Contents (SM C&C). Perusahaan ini beroperasi sebagai agensi bakat, perusahaan produksi konten televisi, perusahaan produksi teater, dan perusahaan perjalanan. Pada 19 September 2012, SM C&C mengumumkan merger dengan AM Entertainment, yang memperluas bisnis manajemen video dan aktor perusahaan dengan target pasar Asia. Merger ini memungkinkan SM Entertainment untuk memperkuat posisinya dalam industri hiburan Korea Selatan dan memperluas jangkauannya ke pasar Asia.
SM C&C juga aktif dalam produksi drama dan konten video global. Perusahaan ini telah mengakuisisi BT&I untuk memperkuat bisnisnya dalam produksi drama dan konten video global. Langkah ini sejalan dengan penyebaran cepat Korean Wave dan demam K-pop di seluruh dunia.
Restoran dan bisnis F&B
SM Entertainment juga telah memasuki industri makanan dan minuman (F&B) melalui anak perusahaannya, SM F&B Development. Salah satu inisiatif utama mereka adalah SMT House, sebuah restoran di Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul. Restoran ini memiliki lima lantai, masing-masing dengan gaya dan konsep yang berbeda. Lantai pertama dan kedua menawarkan ruang untuk makan siang, makanan penutup, dan kafe pada siang hari, serta restoran tapas Spanyol pada malam hari.
SMT House menandai upaya ketiga SM Entertainment untuk memasuki pasar makanan. Sebelumnya, perusahaan ini membuka proyek restoran Korea ETable di Seoul, tetapi tutup pada tahun 2011, serta Podonamu di Tokyo. Meskipun mengalami beberapa kegagalan sebelumnya, SM Entertainment tetap optimis dengan bisnis F&B mereka dan berencana untuk membuka cabang restoran seperti SMT Tokyo di Jepang dan SMT LA di Amerika Serikat.
Edukasi dan akademi K-pop
SM Entertainment juga telah memasuki sektor pendidikan dengan mendirikan SM Institute (SMI). SMI adalah lembaga pendidikan seni internasional yang berlokasi di Jung District, Seoul. Didirikan pada tahun 2021 melalui nota kesepahaman antara SM Entertainment dan Jongro Haneul Education, institusi ini menyediakan program akademik yang berfokus pada pengembangan bakat berdasarkan K-pop dan K-culture.
SMI menawarkan program pendidikan yang mencakup bahasa Korea, Inggris, Mandarin, dan Jepang untuk siswa dalam dan luar negeri. Selain itu, SMI juga bekerja sama dengan ESteem, perusahaan afiliasi SM Entertainment Group yang berspesialisasi dalam manajemen model, entertainer, dan influencer, serta konten fashion, kecantikan, dan gaya hidup.
Dengan diversifikasi bisnis ini, SM Entertainment telah berhasil memperluas jangkauannya di luar industri musik dan memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan hiburan terkemuka di Korea Selatan dan Asia.
Tantangan dan Kontroversi
Sengketa kontrak dengan artis
SM Entertainment telah menghadapi berbagai sengketa kontrak dengan artis-artisnya selama bertahun-tahun. Salah satu kasus yang paling terkenal melibatkan tiga anggota TVXQ pada tahun 2009. Kim Jaejoong, Park Yoochun, dan Kim Junsu mengajukan gugatan untuk membatalkan kontrak eksklusif mereka, mengklaim bahwa durasi kontrak 13 tahun terlalu panjang dan pembagian pendapatan tidak adil. Kasus ini menjadi masalah besar di Korea Selatan, menyebabkan harga saham SM Entertainment di KOSPI turun.
Sengketa kontrak serupa juga terjadi dengan anggota Super Junior, EXO, dan Girls' Generation. Han Geng dari Super Junior mengajukan gugatan pada tahun 2009 dengan alasan serupa, termasuk distribusi upah yang tidak adil. Tiga anggota EXO - Kris Wu, Luhan, dan Tao - juga mengajukan gugatan untuk memutuskan kontrak mereka antara tahun 2014 dan 2015. Jessica Jung dari Girls' Generation juga terlibat dalam sengketa kontrak pada tahun 2014.
Kritik terhadap sistem trainee
Sistem trainee SM Entertainment telah mendapat kritik keras karena dianggap terlalu ketat dan berpotensi merugikan kesejahteraan mental dan fisik para trainee. Para calon idol harus menjalani pelatihan intensif selama bertahun-tahun, tinggal di asrama jauh dari keluarga mereka dalam lingkungan yang mirip kamp. Mereka diharuskan mematuhi aturan yang ketat, termasuk larangan meninggalkan asrama tanpa izin dan pembatasan penggunaan telepon.
Trainee juga menghadapi tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang ketat, dengan beberapa trainee bahkan menjalani operasi plastik untuk memenuhi kriteria "transformasi K-pop". Kritik juga ditujukan pada jadwal pelatihan yang sangat padat, dengan trainee berlatih dan belajar selama 8-12 jam sehari, hanya memiliki hari Minggu sebagai hari libur.
Persaingan dengan agensi lain
SM Entertainment juga menghadapi persaingan sengit dengan agensi hiburan lainnya, terutama HYBE, rumah bagi grup global BTS. Pada awal 2023, terjadi pertarungan sengit antara kedua perusahaan ketika HYBE berusaha mengakuisisi saham SM Entertainment. Jang Cheol Hyuk, CFO SM Entertainment, mengklaim bahwa jika HYBE berhasil mengambil alih SM, mereka akan menguasai dua pertiga pasar musik pop Korea Selatan.
Persaingan ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi monopoli dalam industri K-pop dan dampaknya terhadap keragaman artis, musik, dan konser. Meskipun sengketa ini akhirnya diselesaikan, kasus ini menunjukkan intensitas persaingan dalam industri hiburan Korea Selatan dan tantangan yang dihadapi SM Entertainment dalam mempertahankan posisinya sebagai salah satu agensi terkemuka.
Kesimpulan
Perjalanan SM Entertainment dari studio kecil menjadi raksasa industri hiburan global memiliki pengaruh yang mendalam pada perkembangan K-pop. Perusahaan ini telah membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi dengan tren yang terus berubah, mulai dari era grup generasi pertama hingga ekspansi global terkini. Inovasi teknologi dan diversifikasi bisnis SM Entertainment juga berkontribusi pada posisinya sebagai pemain kunci dalam industri hiburan Korea Selatan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti sengketa kontrak dan kritik terhadap sistem trainee, SM Entertainment terus maju dengan visi untuk masa depan. Kemampuan perusahaan ini untuk mengembangkan bakat baru, menciptakan konten inovatif, dan memperluas jangkauan globalnya menunjukkan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan. Pada akhirnya, warisan SM Entertainment dalam membentuk lanskap K-pop global akan terus terasa dalam tahun-tahun mendatang.
FAQS
Bagaimana cara mengikuti audisi SM Entertainment? SM Entertainment mengadakan berbagai jenis audisi, termasuk audisi global, audisi mingguan, dan audisi online. Untuk audisi online, Anda perlu mengirimkan email dengan informasi seperti nama, jenis kelamin, kategori yang dilamar, tanggal lahir, sekolah, informasi kontak, foto, dan video.
Apa yang dicari SM Entertainment dalam audisi? SM Entertainment mencari bakat dalam bernyanyi, menari, akting, dan modeling. Mereka juga sangat memperhatikan penampilan fisik yang sesuai dengan standar kecantikan Korea. Kemampuan berbahasa asing seperti Korea, Inggris, Jepang, dan Mandarin juga bisa menjadi nilai tambah.
Apakah SM Entertainment menerima trainee dari luar negeri? Ya, SM Entertainment menerima trainee dari berbagai negara, terutama dari negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Cina. Mereka juga terbuka terhadap calon trainee dari negara lain selama memiliki bakat dan penampilan yang sesuai dengan standar mereka.
Berapa lama proses pelatihan di SM Entertainment? Durasi pelatihan bervariasi tergantung pada perkembangan trainee, tetapi biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Beberapa trainee bisa menjalani pelatihan hingga 5-7 tahun sebelum debut.
Apa saja aturan yang harus dipatuhi oleh trainee SM Entertainment? Trainee SM Entertainment harus mematuhi aturan ketat, termasuk larangan merokok, minum alkohol, dan berkencan. Mereka juga harus mengikuti jadwal pelatihan yang padat dan menjaga penampilan fisik mereka.
Apakah trainee SM Entertainment masih bersekolah? Ya, trainee SM Entertainment masih melanjutkan pendidikan mereka. Mereka biasanya bersekolah di pagi hari dan menjalani pelatihan di sore dan malam hari.
Bagaimana sistem pelatihan di SM Entertainment? SM Entertainment memiliki sistem pelatihan komprehensif yang mencakup vokal, tari, akting, modeling, dan pelatihan bahasa. Mereka juga menggunakan teknologi terbaru dalam proses pelatihan mereka.
Apakah SM Entertainment membayar biaya pelatihan trainee? SM Entertainment umumnya menanggung sebagian besar biaya pelatihan, termasuk biaya pelajaran dan akomodasi. Namun, trainee mungkin harus membayar kembali biaya ini jika mereka memutuskan untuk meninggalkan perusahaan sebelum debut.
Bagaimana cara SM Entertainment memilih anggota untuk debut dalam grup? Proses pemilihan anggota untuk debut melibatkan evaluasi berkala terhadap kemampuan trainee, penampilan mereka, dan kesesuaian mereka dengan konsep grup yang direncanakan.
Apakah SM Entertainment masih menggunakan sistem "Culture Technology"? Ya, SM Entertainment masih menerapkan sistem "Culture Technology" yang dikembangkan oleh pendiri mereka, Lee Soo-man. Sistem ini melibatkan pendekatan sistematis dalam pengembangan dan promosi artis.
Bagaimana SM Entertainment beradaptasi dengan era digital? SM Entertainment telah mengadopsi berbagai inovasi teknologi, termasuk platform konser virtual Beyond LIVE, pengembangan avatar virtual untuk grup seperti aespa, dan eksplorasi teknologi AI dan metaverse.
Apa saja tantangan terbesar yang dihadapi SM Entertainment saat ini? Beberapa tantangan utama termasuk persaingan ketat dengan agensi lain, kritik terhadap sistem trainee, dan adaptasi terhadap perubahan cepat dalam industri musik global.
Bagaimana SM Entertainment memperluas bisnisnya di luar industri musik? SM Entertainment telah melakukan diversifikasi bisnis ke berbagai sektor, termasuk produksi konten melalui SM C&C, bisnis makanan dan minuman melalui SMT House, dan pendidikan melalui SM Institute.
Apakah SM Entertainment berencana untuk membentuk grup baru dalam waktu dekat? Meskipun SM Entertainment terus mengembangkan trainee baru, tidak ada informasi pasti mengenai rencana debut grup baru dalam waktu dekat. Keputusan ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor industri dan strategi perusahaan.
Bagaimana cara SM Entertainment mempertahankan posisinya sebagai salah satu agensi terkemuka di industri K-pop? SM Entertainment terus berinovasi dalam produksi musik, pengembangan artis, dan ekspansi global. Mereka juga berinvestasi dalam teknologi baru dan diversifikasi bisnis untuk memperkuat posisi mereka di industri hiburan.