Mengenal Generasi Kpop: Dari Gen 1 Hingga Gen 4
Generasi Kpop telah berkembang melalui empat era yang berbeda, masing-masing dengan karakteristik musik, konsep, dan pengaruh global yang unik. Dimulai dari tahun 1992 dengan kemunculan Seo Taiji and Boys yang mengubah lanskap musik Korea dengan perpaduan rap, rock, dan techno, industri Kpop kini diakui sebagai salah satu industri musik terbesar di dunia dengan penggemar yang tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Selama perkembangannya, pembagian generasi Kpop menjadi sangat penting untuk memahami evolusi fenomena budaya ini. Gen 1 Kpop (1992-2002) memperkenalkan sistem trainee untuk pengembangan idol yang kemudian menjadi standar dalam industri. Sementara itu, Kpop gen 2 (2003-2011) sering disebut sebagai "Golden Age" dengan grup seperti TVXQ dan Super Junior yang memperluas jangkauan Kpop ke pasar internasional, terutama Jepang dan Tiongkok. Gen 3 Kpop menandai puncak popularitas global dengan BTS menjadi grup Kpop pertama yang menduduki puncak tangga lagu Billboard Hot 100 dengan lagu "Dynamite" pada 2020. Adapun Kpop gen 4 (2018-sekarang) menampilkan grup-grup seperti ITZY dan ATEEZ yang dikenal dengan penggunaan teknologi inovatif, bahkan memanfaatkan AI dalam konsep dan penampilan mereka.
Asal Usul dan Pembagian Generasi Kpop
Pembagian generasi dalam dunia Kpop bukan hanya sekadar pengelompokan berdasarkan tahun. Fenomena ini menjadi sistem kategorisasi yang menunjukkan perkembangan industri hiburan Korea Selatan dari masa ke masa. Setiap generasi memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan perubahan zaman, teknologi, dan tren budaya global.
Apa itu pembagian generasi Kpop?
Gen Kpop adalah istilah yang digunakan untuk menandai periode kemunculan grup idol dan karakteristik musik maupun konsep secara umum pada angkatan tersebut. Secara literal, istilah ini merupakan perpaduan dari dua pengertian: "Gen" yang berarti generasi bagi sekelompok individu yang memiliki waktu hidup yang sama, dan "Kpop" yang merujuk pada musik populer asal Korea Selatan.
Pembagian generasi Kpop diperkuat oleh teori dari IDOLOGY, salah satu majalah web kritikus Kpop di Korea Selatan. Disebutkan bahwa setidaknya ada empat era Kpop yang dikenal dengan generasi 1, 2, 3, dan 4. Setiap timeline ini memiliki ciri khas masing-masing yang memperlihatkan evolusi Kpop dari waktu ke waktu.
Sejak muncul tahun 1992, musik Kpop telah menghasilkan empat generasi utama. Generasi pertama berlangsung dari tahun 1992-2002, generasi kedua dari 2003-2011, generasi ketiga dari 2012-2017, dan generasi keempat dimulai dari 2018 hingga sekarang. Beberapa sumber juga menyebutkan adanya "generasi antara" seperti Gen 1.5 dan Gen 2.5 yang menjadi masa transisi antar generasi utama.
Bagaimana cara menentukan generasi idol?
Penentuan generasi Kpop pada dasarnya didasarkan pada beberapa faktor utama. Pertama dan paling umum adalah tahun debut grup atau solois tersebut. Di forum OneHallyu, para Knetz (netizen Korea) sepakat mengkategorikan generasi Kpop berdasarkan kurun waktu debut.
Selain tahun debut, generasi juga ditentukan oleh perubahan karakteristik dalam industri musik Kpop. Misalnya, pada generasi pertama, konsep grup masih meniru gaya boyband Amerika dan Jepang dengan musik didominasi hip-hop dan rap. Sedangkan pada generasi ketiga, konsep "universe" dan storytelling menjadi lebih populer.
Perkembangan teknologi juga menjadi faktor penentu pergantian generasi. Generasi pertama hidup di era pra-internet, sementara generasi keempat muncul di era teknologi digital yang sangat maju dengan konsep AI dan interaksi real-time dengan penggemar.
Tidak ada aturan khusus yang mendasari pembagian kategori ini. Namun, industri dan penggemar Kpop telah mencapai kesepakatan umum tentang pembagian waktu tersebut, meskipun terkadang masih terjadi perdebatan mengenai kapan sebenarnya sebuah generasi dimulai dan berakhir.
Mengapa penting memahami tiap generasi?
Memahami pembagian generasi Kpop memiliki beberapa manfaat penting. Pertama, hal ini membantu merekam sejarah perkembangan industri hiburan Korea Selatan. Setiap generasi memiliki kontribusi unik terhadap evolusi Kpop seperti yang kita kenal sekarang.
Kedua, pembagian ini membantu mengidentifikasi tren dan inovasi dalam industri Kpop. Contohnya, idol Kpop generasi 4 banyak yang lahir ke publik melalui ajang survival yang tayang di televisi dan penilaiannya melalui voting masyarakat. Cara ini menjadi strategi baru untuk menguji popularitas calon idol sebelum debut resmi.
Oleh karena itu, memahami generasi Kpop bukanlah untuk membandingkan idol satu dengan yang lain, tetapi untuk menghargai bagaimana setiap generasi memiliki peran dalam membentuk lanskap Kpop yang semakin global. Dari generasi 1 yang meletakkan fondasi hingga generasi 4 yang mendorong batas-batas inovasi, semua berperan penting dalam kesuksesan Kpop saat ini.
Menariknya, di generasi keempat ini berbagai kesempatan dan peluang semakin terbuka untuk menjadi idol. Para agensi melakukan audisi global di berbagai negara baik secara offline maupun online. Berbeda dengan generasi sebelumnya, grup idol generasi 4 bertujuan untuk "go global" sejak awal, tidak lagi fokus untuk sukses di Korea terlebih dahulu.
Dengan memahami perbedaan antar generasi, penggemar dapat mengapresiasi keunikan setiap era dan melihat bagaimana batasan apapun dalam Kpop semakin runtuh, mulai dari genre hingga budaya. Hal inilah yang membuat industri Kpop terus berevolusi dan tetap relevan dari waktu ke waktu.
Gen 1 dan Gen 1.5: Awal Mula dan Fondasi Kpop
Tahun 1992 menjadi titik balik dalam sejarah musik Korea Selatan yang kemudian melahirkan fenomena global bernama Kpop. Generasi pertama Kpop (1992-2002) meletakkan fondasi yang kokoh bagi perkembangan industri hiburan Korea yang kita kenal sekarang. Periode ini tidak hanya mengubah lanskap musik Korea tetapi juga memperkenalkan sistem yang menjadi standar industri hingga sekarang.
Seo Taiji and Boys dan pengaruhnya
Perjalanan gen 1 Kpop dimulai dari debut grup Seo Taiji and Boys pada tahun 1992. Trio yang terdiri dari Seo Taiji, Yang Hyun Suk, dan Lee Juno ini membawa angin segar ke industri musik Korea dengan memperkenalkan perpaduan aliran rap, rock, dan techno Amerika ke dalam musik Korea. Lagu debut mereka "Nan Arayo" berhasil memuncaki banyak tangga lagu dan dianggap sebagai awal revolusi musik Korea Selatan.
Sebelum kemunculan Seo Taiji and Boys, musik pop Korea didominasi oleh lagu-lagu bertempo lambat dan balada. Namun, keberanian mereka mengeksplorasi genre baru mengubah seluruh lanskap musik Korea dan membuka mata masyarakat Korea terhadap budaya musik populer dunia. Meskipun grup ini membubarkan diri pada 1996 saat masih berada di puncak popularitas, warisan mereka tetap hidup melalui banyak grup yang terinspirasi dari inovasi musik mereka.
Kesuksesan Seo Taiji and Boys diikuti oleh kemunculan beberapa grup musik berkualitas lainnya seperti Panic dan Deux, yang turut memperkaya warna musik Korea di era 90-an. Musik pop dekade 90-an mulai beralih ke aliran dance dan hip-hop dengan segmentasi pasar utamanya adalah remaja.
H.O.T dan lahirnya sistem agensi modern
Pada tahun 1995, produser musik Lee Soo Man terinspirasi oleh kesuksesan Seo Taiji and Boys dan memberanikan diri mendirikan SM Entertainment. Inilah awal mula sistem agensi modern yang menjadi pondasi industri Kpop hingga saat ini. Lee Soo Man menciptakan gebrakan baru dengan sistem pencarian dan pelatihan calon artis yang kemudian dikenal dengan istilah "trainee".
H.O.T (Highfive Of Teenagers) menjadi boyband pertama SM Entertainment yang debut pada 7 September 1996 dengan album "We Hate All Kinds of Violence". Grup beranggotakan lima orang ini—Heejun, Woohyuk, Tony, Kangta, dan Jaewon—membawa gaya musik yang lebih segar dan gaya berpakaian yang lebih mencolok dibanding pendahulunya.
H.O.T berhasil memenangi berbagai penghargaan bergengsi termasuk kategori Artis Baru Terbaik di Golden Disk Awards 1996 dan Grand Prize (Daesang) untuk Album Terbaik di tahun 1997. Kesuksesan H.O.T diikuti oleh kemunculan grup-grup "teen idol" lainnya seperti Sechs Kies, S.E.S, Fin.K.L, dan g.o.d yang sangat digemari pada akhir 90-an.
Pada akhir dekade 90-an, inspirasi dari kesuksesan SM Entertainment mendorong berdirinya agensi-agensi lain. JYP Entertainment didirikan oleh Park Jin Young pada 1997, dan setahun kemudian, Yang Hyun Suk (mantan anggota Seo Taiji and Boys) mendirikan YG Entertainment. Ketiga agensi ini kemudian dikenal dengan istilah "Big Three" dan menjadi cikal bakal kesuksesan Kpop di seluruh dunia.
BoA dan Rain sebagai jembatan ke pasar luar negeri
Memasuki era 2000-an, gen 1.5 Kpop mulai memperluas jangkauan mereka ke pasar internasional, terutama Jepang. BoA menjadi pionir dalam ekspansi ini. Debut di usia 14 tahun pada 25 Agustus 2000 dengan album "ID; Peace B", BoA berhasil meraih kategori Artis Wanita Pendatang Baru Terbaik dalam MNet KM Music Festival Tahun 2000. Prestasi terbesarnya adalah menjadi artis Korea pertama yang berhasil menembus pasar Jepang, yang kemudian disusul oleh juniornya seperti TVXQ/DBSK.
Rain (Jung Ji Hoon) menjadi tokoh penting lainnya dalam ekspansi global Kpop. Memulai debut dengan album "Bad Guy" pada 2002, popularitasnya melonjak dengan diluncurkannya album ketiga "It's Raining" pada 2004. Rain tercatat sebagai artis Asia pertama yang mengadakan konser internasional bertajuk RAINY DAY 2005 Tour di Madison Square Garden. Selain sukses di bidang musik, Rain juga berhasil di dunia akting dengan membintangi lebih dari 10 judul film TV dan 5 judul film layar lebar.
Kesuksesan BoA dan Rain mendorong pemerintah Korea untuk ikut mendukung ekspansi global Kpop. Pada tahun 2008, pemerintah Korea membentuk departemen khusus promosi Kpop ke dunia internasional di bawah Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata. Langkah strategis ini menjadi salah satu faktor pendorong ledakan popularitas Kpop secara global pada tahun-tahun berikutnya.
Gen 2 dan Gen 2.5: Ekspansi dan Komersialisasi
Memasuki periode 2003-2011, generasi kedua Kpop mengalami fase ekspansi dan komersialisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Era ini ditandai dengan strategi pemasaran yang lebih agresif, penggunaan teknologi digital, dan eksperimen kreatif yang berani. Inilah masa ketika Kpop mulai dikenal sebagai produk budaya global, bukan sekadar fenomena lokal Korea Selatan.
TVXQ dan Super Junior: Strategi multi-comeback
TVXQ (Dong Bang Shin Ki) yang debut pada 2003 dan Super Junior pada 2005 menjadi pilar utama ekspansi SM Entertainment di era ini. Kedua grup ini menerapkan strategi multi-comeback yang mengubah pola promosi dalam industri Kpop. Strategi ini meliputi perilisan album reguler, repackage, dan proyek khusus dalam satu tahun yang sama.
Pada tahun 2008, SM Entertainment membentuk subunit berbahasa Mandarin, Super Junior-M, sebagai strategi memperluas pasar ke Tiongkok. Selanjutnya, kolaborasi antar grup seperti "Show Me Your Love" (2005) yang dinyanyikan bersama oleh TVXQ dan Super Junior menjadi perintis kerja sama antar grup dalam satu agensi. Kolaborasi serupa kembali dilakukan setelah 16 tahun melalui lagu "Magical" pada 2021.
Performa finansial kedua grup ini sangat signifikan. Setelah beberapa anggota TVXQ dan Super Junior kembali dari wajib militer pada 2016-2017, saham SM Entertainment mengalami lonjakan hingga 25,1 persen dan 30,5 persen. Bahkan, puncak tertinggi saham SM Entertainment tercapai ketika Super Junior mengumumkan comeback pada November 2017.
YouTube dan awal globalisasi Kpop
Generasi kedua Kpop bertepatan dengan kemajuan teknologi digital yang mengubah cara musik dipromosikan dan dikonsumsi. YouTube menjadi katalisator utama globalisasi Kpop, membuka pintu bagi penggemar di seluruh dunia untuk mengakses konten dari Korea tanpa batasan geografis.
Tidak seperti generasi pertama yang debut melalui televisi nasional, idol gen 2 mengandalkan video musik untuk mempromosikan karya mereka. Keberhasilan Kpop di era ini tidak bisa dipisahkan dari majunya teknologi digital dan liberalisasi global pasar musik di Asia dan seluruh dunia.
Pada masa ini, bintang Kpop mulai aktif menggunakan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Snapchat untuk berkomunikasi dengan penggemar. Platform ini memungkinkan interaksi yang lebih dekat antara idol dan fans, menciptakan kesan bahwa penggemar dapat berkomunikasi langsung dengan idola mereka dan mengetahui aktivitas sehari-hari mereka.
Beberapa karakteristik khas Kpop gen 2 yang membedakannya dari musik Asia lainnya:
Jumlah anggota yang banyak dalam satu grup, meski tidak sebanyak grup Jepang
Faktor fisik yang menjadi strategi diferensiasi (idol Kpop rata-rata 10 inci lebih tinggi dari grup Jepang)
Koreografi yang tersinkronisasi dengan sempurna
Konsep visual yang kuat dan beragam
2NE1 dan SHINee: Eksperimen genre dan visual
Di tengah dominasi grup-grup dari SM Entertainment, YG Entertainment meluncurkan 2NE1 pada 2009 yang membawa angin segar dalam industri Kpop. Grup yang terdiri dari Bom, CL, Dara, dan Minzy ini dikenal dengan eksperimen genre yang berani, memadukan hip-hop, R&B, electropop, reggae, dan dancehall dalam karya mereka.
Single debut 2NE1, "Fire", menduduki puncak tangga lagu bulanan Korea Selatan dan memperkenalkan genre reggae yang sebelumnya jarang digunakan dalam musik Korea. Berbeda dengan girlband lain pada masanya, 2NE1 menampilkan citra yang kuat dan penuh sikap. Single "I Don't Care" mengombinasikan R&B tempo sedang dengan melodi reggae lembut, menunjukkan sisi feminin grup yang kontras dengan perilisan sebelumnya.
Sementara itu, SHINee yang debut pada 2008 di bawah SM Entertainment membawa konsep "contemporary band" dengan fokus pada koreografi presisi dan harmoni vokal. Grup beranggotakan lima orang ini—Onew, Minho, Key, Jonghyun, dan Taemin—mendapat julukan "Princes of K-pop" berkat kemampuan vokal dan penampilan panggung yang memukau.
Eksperimen genre dan visual yang dilakukan 2NE1 dan SHINee memperkaya warna Kpop gen 2 dan membantu mendefinisikan identitas unik Kpop di mata dunia. 2NE1 bahkan tercatat telah menjual lebih dari 66 juta rekaman digital dan fisik di seluruh dunia, menjadikan mereka salah satu grup wanita terlaris sepanjang masa.
Pada akhirnya, gen 2 dan gen 2.5 Kpop menjadi fondasi penting bagi ekspansi global yang lebih besar di generasi selanjutnya. Melalui kombinasi strategi bisnis yang cerdas, pemanfaatan teknologi digital, dan inovasi kreatif, era ini berhasil memperkenalkan Kpop ke panggung global dan meletakkan dasar bagi kesuksesan yang lebih besar di masa depan.
Gen 3 Kpop: Era Media Sosial dan Teori Konsep
Memasuki tahun 2012, gen 3 Kpop membawa perubahan fundamental dalam industri musik Korea dengan memadukan kekuatan media sosial dan konsep naratif yang lebih kompleks. Berbeda dari generasi sebelumnya, Kpop gen 3 tidak hanya mengandalkan kualitas musik dan penampilan, tetapi juga membangun hubungan yang lebih intim dan interaktif dengan penggemar melalui platform digital.
BTS dan kekuatan fandom global
BTS, yang debut pada 2013, membawa paradigma baru dalam hubungan antara idol dan penggemar. ARMY, yang merupakan singkatan dari "Adorable Representative M.C. for Youth", telah berkembang menjadi salah satu fandom terbesar dan paling berpengaruh di dunia dengan 40 juta anggota yang berlangganan saluran YouTube BTS. Lebih dari 30 juta penggemar juga mengikuti akun Twitter yang dikelola oleh member dan akun Instagram resmi BTS.
Kekuatan ARMY terletak pada tingkat organisasi yang belum pernah ada sebelumnya. Akun terjemahan penggemar menjadi contoh utama bagaimana ARMY memperdalam pemahaman tentang BTS di kalangan penggemar yang ada dan memperkenalkan grup ini kepada khalayak baru. Pendekatan unik ini mencakup pemecahan kata per kata dari postingan media sosial anggota BTS yang dilabeli #BTSvocab.
ARMY juga dikenal dengan mobilisasi mereka untuk tujuan amal, meniru upaya filantropi BTS seperti kampanye anti-kekerasan Love Myself dengan UNICEF. Pada Juni 2020, ARMY berhasil mengumpulkan dan menyumbangkan dana senilai Rp 15,8 miliar untuk Black Lives Matter dalam waktu kurang dari 24 jam, menyamai sumbangan BTS sendiri.
BLACKPINK dan dominasi visual
Sementara itu, BLACKPINK yang debut pada 2016 telah membentuk citra yang "keren dan chic" yang kemudian menjadi standar konsep "girl crush" untuk banyak perusahaan di industri hiburan. Dominasi grup ini dalam industri musik global semakin terlihat ketika seluruh anggotanya mencapai prestasi individual yang mengesankan.
Indonesia sendiri menjadi pasar yang signifikan bagi BLACKPINK, menempati posisi ketiga dalam jumlah penonton dengan 648 juta view di YouTube. Secara keseluruhan, Blink—sebutan untuk penggemar BLACKPINK—diperkirakan berjumlah 38 juta orang di seluruh dunia.
Prestasi kolektif anggota BLACKPINK terlihat jelas dari kesuksesan solo mereka. Lagu "You & Me" milik Jennie, "On The Ground" milik Rose, "Flower" milik Jisoo, serta "Lalisa" dan "Money" karya Lisa masing-masing menduduki posisi tinggi di Billboard Global Excl. US single chart. Kesuksesan ini menjadikan BLACKPINK sebagai grup pertama dalam sejarah yang semua anggotanya masuk dalam 10 besar tangga lagu tersebut.
Konsep 'universe' dan storytelling dalam album
Salah satu inovasi paling signifikan pada gen 3 Kpop adalah pengembangan konsep "universe" dan penerapan storytelling dalam album. Strategi ini menarik banyak orang untuk memuaskan hasrat ingin tahu dan imajinasi mereka yang lebih dari sekadar musik.
SM Entertainment memperkenalkan SM Culture Universe (SMCU) sebagai strategi pemasaran transmedia dengan membangun narasi fiktif dan worldview industri musik masa depan. NCT, akronim dari Neo Culture Technology, mengembangkan universe-nya sendiri dengan cerita yang terhubung satu sama lain. Grup ini memiliki tema konsisten tentang mimpi dan realitas yang tercermin dalam "NCT 2020: The Past & Future - Ether" dan lirik-lirik lagu mereka.
Aespa, grup yang debut pada November 2020 dengan konsep berbasis metaverse, mengeksplorasi cerita fiksi melawan karakter jahat bernama Black Mamba yang mengganggu hubungan antara anggota grup dengan avatar mereka di metaverse. Album mini ketiga mereka, "My World", melanjutkan narasi dengan menampilkan Naevis—pemandu kecerdasan buatan—sebagai artis virtual dalam lagu "Welcome to My World".
Pendekatan lain ditunjukkan oleh FNC Entertainment yang menciptakan konsep "K-Pop Cinematic Universe" melalui proyek P1H yang menggabungkan K-Pop dan K-Movie. Para anggota grup ini digambarkan berasal dari dimensi berbeda dengan cerita masing-masing yang berkumpul di Bumi untuk menyelamatkan dunia dari virus berbahaya.
Melalui teori, storytelling, dan universe ini, gen 3 Kpop berhasil menciptakan koneksi yang lebih dalam dengan penggemar. Pendekatan inovatif ini juga membuka jalan bagi ide-ide kreatif yang lebih berani di generasi berikutnya, membuktikan bahwa Kpop telah berkembang menjadi lebih dari sekadar genre musik, tetapi juga sebuah pengalaman naratif yang menyeluruh.
Gen 4 Kpop: Teknologi, AI, dan Interaksi Real-Time
Generasi keempat Kpop membawa inovasi teknologi yang mengubah cara idol berinteraksi dengan penggemar. Tidak lagi terbatas pada pertemuan fisik, kpop gen 4 memanfaatkan kecerdasan buatan dan platform digital untuk menciptakan pengalaman yang lebih imersif dan personal bagi fans di seluruh dunia.
aespa dan avatar digital
aespa menjadi pelopor integrasi dunia virtual dalam Kpop dengan konsep unik yang menggabungkan member nyata dan avatar digital. Debut pada Desember 2020, grup beranggotakan empat orang ini—Karina, Giselle, Winter, dan Ningning—memperkenalkan konsep "æ-members" atau avatar virtual yang menjadi pendamping mereka. Seperti dinyatakan Karina, "Kami adalah grup beranggotakan delapan orang", mengindikasikan bahwa avatar digital mereka dianggap sebagai bagian integral dari grup.
SM Entertainment menciptakan universe fiksi bernama "SM Culture Universe" di mana avatar aespa berada di dunia virtual bernama FLAT, sementara anggota asli berada di dunia nyata. Keduanya terhubung melalui "Portal of Soul" yang dibuka oleh navigator bernama NÆVIS, dalam proses yang disebut SYNK.
Avatar æ-aespa bukan sekadar animasi biasa, tetapi memiliki "otak AI" yang dapat berinteraksi secara mandiri. Pendiri SM Entertainment, Lee Soo Man, menegaskan bahwa avatar digital ini memiliki kepribadian dan dapat berbagi informasi dengan anggota asli. "Mereka melakukan hal-hal di dunia masing-masing dan berbagi apa yang mereka lakukan," jelasnya.
Keberhasilan aespa terlihat dari sambutan penggemar terhadap lagu "Next Level" yang menjadi salah satu hit Kpop terbesar tahun 2021. Lagu ini menceritakan tentang pertarungan mereka melawan Black Mamba, entitas jahat yang bertujuan memutuskan koneksi antara dunia nyata dan FLAT.
NewJeans dan gaya Y2K
Sementara itu, NewJeans yang debut pada Juli 2022 di bawah agensi ADOR membawa pendekatan berbeda dengan menghidupkan kembali estetika tahun 2000-an. Girl group ini berhasil menjadi angin segar dalam industri dengan mengusung konsep retro Y2K yang membangkitkan nostalgia.
Y2K sendiri merupakan singkatan dari "Year of 2000" atau "Year of 2K", tren mode yang lahir di awal 2000-an dengan konsep futuristik dan sentuhan retro era 90-an. NewJeans memadukan elemen retro dan modern ini dengan kreatif, menciptakan gaya yang unik namun terasa familiar.
Beberapa elemen fashion Y2K yang dihidupkan kembali oleh NewJeans meliputi:
Baby tees (kaos berukuran kecil dengan potongan crop)
Mini skirt yang populer berkat film Hollywood "Mean Girls"
Aksesori khas seperti bandana, ikat rambut pita besar, dan gelang warna-warni
Gaya rambut Y2K seperti jepitan warna-warni, kepang kecil, dan space bun
Tampilan riasan sederhana atau 'It-Girl' juga menjadi ciri khas NewJeans, menonjolkan kecantikan alami dengan makeup ringan seperti lip gloss, blush on lembut, dan alis natural yang memberikan kesan fresh dan effortless.
Kpop gen 4 dan penghapusan batasan promosi
Generasi kpop keempat mendobrak berbagai batasan promosi yang sebelumnya dianggap konvensional. Berbeda dengan gen 3 kpop yang masih fokus pada pasar domestik sebelum ekspansi global, idol kpop gen 4 banyak yang lahir ke publik melalui ajang survival yang tayang di televisi dengan penilaian melalui voting masyarakat. Cara ini digunakan untuk mengukur popularitas calon idol bahkan sebelum mereka debut resmi.
Batasan dalam Kpop semakin runtuh, mulai dari genre hingga budaya. Grup-grup kpop gen 4 berani memasuki pasar yang sebelumnya tertutup, bahkan ketika ada larangan. Contohnya, beberapa grup tetap menggelar konser di Tiongkok meskipun ada larangan terhadap K-wave karena permasalahan diplomatik.
Konsep AI tidak hanya digunakan oleh aespa, tetapi juga oleh grup lain seperti Eternity, girl group 11 anggota yang disebut-sebut sebagai grup Kpop pertama yang diciptakan menggunakan kecerdasan buatan. Setiap "anggota" memiliki kepribadian dan biografi sendiri, bahkan melakukan wawancara video, meski belum sepenuhnya terlihat realistis.
Adapun perbedaan mendasar antara gen 1 kpop hingga gen 4 kpop terletak pada tujuan awal debut. Jika generasi sebelumnya fokus untuk sukses di Korea terlebih dahulu, grup kpop gen 4 bertujuan untuk "go global" sejak awal, dengan agensi melakukan audisi global di berbagai negara baik secara offline maupun online.
Dampak Global dan Kolaborasi Internasional
Fenomena Kpop telah berkembang jauh melampaui batas-batas geografis Korea Selatan, menciptakan gelombang budaya yang mendunia melalui kolaborasi strategis dan penetrasi pasar global. Setiap generasi kpop memiliki kontribusi dalam ekspansi ini, namun pergerakan paling signifikan terlihat pada era gen 3 dan gen 4.
Kolaborasi Kpop dengan artis dunia
Kolaborasi lintas negara tidak sekadar memperluas pangsa pasar, tetapi juga menciptakan percampuran budaya yang menyegarkan bagi penggemar global. BLACKPINK dan Selena Gomez berhasil menciptakan nuansa bubblegum pop yang ringan dan catchy dalam kolaborasi mereka. Sementara itu, Rose BLACKPINK dan Bruno Mars dengan lagu "APT" mengombinasikan elemen pop, pop rock, pop-punk, dan new wave yang berhasil menduduki puncak Billboard Global 200 selama 12 minggu berturut-turut, menjadikannya lagu dengan posisi nomor satu terlama di tahun 2024.
BTS dengan Halsey dalam "Boy With Luv" menawarkan melodi pop yang menawan dengan harmoni vokal yang menyenangkan. Selain itu, Tomorrow X Together (TXT) berkolaborasi dengan Jonas Brothers dalam lagu "Do It Like That" yang dirilis pada tahun 2023, menampilkan nuansa pop ceria dan segar yang penuh semangat musim panas.
Kpop sebagai alat diplomasi budaya Korea
Menariknya, pemerintah Korea Selatan telah dengan cerdik memanfaatkan Hallyu Wave untuk memperkuat soft power negara tersebut. Pada tahun 2020, pemerintah Korea Selatan bahkan membentuk departemen khusus Hallyu di Kementerian Budaya yang secara khusus membantu mempromosikan dan mengekspor seluruh produk yang berhubungan dengan Hallyu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa K-pop tidak hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai alat diplomasi yang efektif dalam membentuk citra positif Korea Selatan di mata masyarakat Indonesia. Melalui kolaborasi antara seniman Korea Selatan dan Indonesia, terbentuklah jaringan sosial budaya yang mendukung pertukaran nilai, gagasan, dan pengalaman antar kedua negara.
Bagaimana Gen 3 dan Gen 4 menembus pasar Amerika dan Eropa
Gen 3 kpop seperti BTS dan BLACKPINK menjadi pionir dalam menembus pasar Amerika dan Eropa secara masif. BLACKPINK masuk Top 50 global artis Youtube dengan fans terbanyak di Asia Tenggara, dengan data Youtube juga menunjukkan ketertarikan tinggi dari Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko. Akibatnya, mereka menggelar konser ke 8 negara di luar Asia termasuk Los Angeles sebagai gerbang untuk masuk pasar Amerika Utara dan Eropa.
Meskipun industri Kpop Korea Selatan sempat diguncang skandal, pengaruh musik dari negeri ginseng ini belum pudar di pasaran dunia. BLACKPINK bahkan terpilih sebagai grup Kpop pertama yang tampil di Coachela sepanjang 20 tahun sejarah konser tersebut.
Sementara itu, grup gen 3 kpop seperti TWICE, BLACKPINK, Red Velvet, MAMAMOO dan DreamCatcher telah mendapatkan perhatian global secara khusus. TWICE akan melakukan tur dunia ke-5 yang bertajuk READY TO BE yang menjangkau Australia, Jepang, Amerika Utara, Eropa, dan Asia.
FAQS
Pertanyaan yang sering muncul seputar perbedaan antar generasi Kpop menunjukkan keingintahuan yang besar dari penggemar terhadap evolusi industri ini. Berikut beberapa jawaban untuk pertanyaan yang paling umum ditanyakan:
Apa perbedaan kemampuan vokal antara generasi Kpop?
Grup gen 4 kpop sering mendapat kritik karena lebih mengandalkan autotune dibandingkan kemampuan vokal alami. Meskipun performa panggung mereka sudah setara dengan penari profesional, sisi vokal masih menjadi area yang perlu ditingkatkan.
Mengapa boygroup gen 4 sulit mendominasi chart musik Korea?
Boygroup generasi kpop keempat menghadapi tantangan signifikan di chart domestik. Sebagian besar hanya mampu bertahan di platform seperti Bugs, sementara sulit menembus chart utama. Hal ini menjadi alasan mengapa banyak grup gen 4 lebih fokus pada pasar internasional.
Apakah interaksi antar idol Kpop gen 4 benar-benar alami?
Berbeda dengan generasi sebelumnya, skinship (kontak fisik) antar sesama idol kpop gen 4 terlihat sangat minim dan canggung. Interaksi mereka sering tampak sudah diatur sesuai skenario, bahkan saat melempar lelucon terasa kaku dan tidak spontan.
Bagaimana pengaruh AESPA terhadap popularitas gen 4?
Terlepas dari berbagai pendapat tentang AESPA, grup ini berhasil mengangkat citra gen 4 kpop untuk lebih dikenal publik. Mereka menjadi salah satu pelopor yang membuat generasi keempat mendapat pengakuan lebih luas.
Mengapa grup gen 4 fokus pada penjualan album dan penggemar internasional?
Reformasi sistem chart situs musik Korea yang sering dibobol pengguna sajaegi membuat charting di negara sendiri sangat sulit. Dengan demikian, menjual album dan menarik penggemar internasional menjadi strategi utama untuk bertahan. Penjualan album tinggi kini lebih merupakan kompetisi daripada pencapaian yang patut dibanggakan.
Bagaimana nasib grup gen 1 dan gen 2 saat ini?
Beberapa idol kpop generasi 1 dan 2 masih aktif dan sering menggelar konser dunia. Meski tidak semendapat sorotan seperti grup generasi baru, basis penggemar loyal mereka memastikan karier yang berkelanjutan.
Posting Komentar